WEKWEK
karya Iwan
Simatupang
ADEGAN I
SEKELOMPOK
BEBEK MEMASUKI PANGGUNG
Petruk: Sejauh mata memandang, sawah luas
terbentang, tapi tidak sebidang tanah pun milikku. Padi aku yang tanam, juga
aku yang ketam. Tapi tidak segenggam milikku. Bebek tiga puluh ekor, semuanya
tukang bertelor. Tapi tidak juga sebutir adalah milikku. Badan hanya sebatang,
hampir-hampir telanjang. Hanya itu saja milikku.
ADEGAN II
BAGONG DAN
PENGAWALNYA MEMASUKI PANGGUNG
Bagong: Aku orang berada, apa-apa ada. Juga buah dada,
itulah beta. Sawah berhektar-hektar, pohon berakar-akar, rumah berkamar-kamar,
itulah nyatanya. Kambing berekor-ekor, bebek bertelor-telor, celana
berkolor-kolor, film berteknik kolor. Perut buncit ada, mata melotot ada,
pelayan ada, pokoknya serba ada.
ADEGAN III
GARENG DAN
EMPAT KAWANNYA MEMASUKI PANGGUNG
Gareng: Badannya langsing, matanya juling, otaknya
bening. That’s me!
Tipu menipu, adu mengadu, ijazah
palsu, that’s me!
Gugat menggugat, sikat menyikat,
lidah bersilat, that’s me!
Profesiku pokrol bambu, siapa
yang tidak tahu, that’s me!
ADEGAN IV
Semar: Saya jadi lurah sejaak awal sejarah, sudaah
lama kepingin berhenti tapi tak adaa yang mau mengganti. Sudah bosan, jemu,
capek, lelah. Otot kendor, mata kabur, mau mundur dengan teratur, mau ngaso di
atas kasur.
Saya kembung bukan karena busung,
mata berair bukan karena banjir, tapi karena menjadi tong sampah. Serobotan
tanah, pak lurah. Curi air sawah, pak lurah. Beras susah, pak lurah.
Semua masalah, pak lurah, tapi
kalau rejeki melimpah, pak lurah…tak usah…payah.
ADEGAN V
BAGONG DAN
PENGAWALNYA MEMASUKI PANGGUNG
Bagong: Jaman ini jaman edan, tidak ikut edan tidak
kebagian.
Di terminal calo berkuasa, dia
tentukan penumpang naik apa.
Di dunia film broker merajalela,
dia tentukan sutradara bikin apa.
Di sini, itu si Petruk sialan,
datang merangkak meminta pekerjaan.
Aku suruh ngangon bebek tiga
puluh ekor, tiap minggu harus antar lima puluh ekor.
Malah dia tentukan berapa harus
setor. Sungguh-sungguh kurang telor.
Sekali aku datang mengontrol, bebeknya
hilang dua ekor.
Waktu ditanya, dia menjawab
“dimakan burung kondor”
Di sini tak ada burung kondor.
Dia yang kondor.
Dia datang melolong minta tolong,
sudah ditolong, ee…dia nyolong.
Orang seperti ini harus dipukuli,
sayangnya aku tak berani.
Lagipula aku tidak mau mengotori
tanganku, dengan menyentuh tubuhnya yang kotor dan bau. Aku tidak mau main
hakim sendiri, apa gunanya pak lurah digaji.
ADEGAN VI
SEKELOMPOK
BEBEK MEMASUKI PANGGUNG
Petruk Orang sudah melarat ditimpa cialat, telor
sudah dimakan masih juga digugat.
Padahal yang bertelor tidak
peduli, apa mau dimakan atau dicuri.
Pokoknya aku tiap minggu sudah
setor, sekitar lima puluh telor.
Waktu menyebrang jalan, datang
motor, bebek kabur, satu ketubruk dan mati konyol.
Sekarang aku harus menghadap pak
lurah mempertanggung jawabkan apa yang sudah aku lakukan. Menurut versi Bagong
dongkolan, siapa menolongku, siapa membantuku?
Gareng Apa masalahmu, menangis tersedu-sedu
Apa persoalan,merengek
tersedan-sedan
Jangan takut, aku bukan polisi
Bukan maut, juga bukan polusi.
Petruk Begitu mulutnya dibuka, mendadak hilanglah
duka
Permisi, mohon bertanya, kok mau
menyapa saya?
Gareng Aku sedih melihat orang susah. Aku murka
melihat orang marah.
Aku membantu orang kejepit, kena
urusan berbelit-belit.
Petruk Ikan dicita, ulampun tiba. Janda dicinta
sebab kaya raya.
Bapak mau menolong saya yang lagi
bingung kena perkara?
Gareng Aku diturunkan ke bumi ini dengan suatu misi.
Membantu orang yang kena perkara,
baik yang perdata maupun pidana
Pilih mana, bagi saya sama saja.
Petruk Anu pak, ini urusan telor dan bebek.
Gareng Ah, telor dan bebek. Bukan telor dan ayam?
Di sini telor, di sana telor,
sama-sama telor
Di sini bebek, di sana ayam,
bagiku sama saja.
Petruk Ya, tapi saya melarat pak.
Gareng Ya, saya juga melarat, karenanya harus
bekerjasama yang erat.
Segala sesuatu dikerjakan dengan
mufakat.
Misalnya saja tentang honorku,
biar bagaimanapun aku ini pokrol bambu
Kamu harus hargai profesiku.
Petruk Bapak harus sadari profesi saya, yang tidak
menghasilkan apa-apa.
Harta karun tidak ada, yang ada
cemeti dan celana.
Ambil saja cemeti, biar nanti
saya cari lagi.
Jangan ambil celana, nanti saya
celaka
Menambah lagi perkara, perkara
pusaka dewata.
Gareng Ini bukan perkara cemeti atau celana
Tapi urusan telor dan bebek.
Jelas urusan telor dan bebek
Telor dan bebek, tor-tor,
wek-wek.
Petruk Tor-tor, wek-wek? Maksudnya ha?
Gareng Ssst! Jangan keras-keras.
MEREKA SALING
BERBISIK, KEMUDIAN TERTAWA TERBAHAK-BAHAK, RAHASIA, MENGANDUNG ARTI NAKAL
ADEGAN VII
SEMAR DAN
BAGONG MENUJU PETRUK DAN GARENG
Semar Sudah di pikir masak-masak?
Bagong Sudah. Malah hampir busuk.
Semar Kalau di pikir-pikir berapalah rugimu?
Bagong Ini bagi saya memang bukanlah persoalan
untung rugi. Ini soal kepercayaan saya yang di lukai. Muka saya di ludahi.
Sudah di tolong masih mencuri. Saya kurang baik apa? Masih saja orang bilang
saya pelit, medit, bakhil.
Semar Penghisap, pemeras, penggencet, penyedot,
pengepres.
Bagong Ya, semua yang tidak beres.
Semar Kalau dia mengakui, apa tindakan mu?
Bagong Dia harus bayar kerugianku.
Semar Kalau dia tidak dapat?
Bagong Apa boleh buat, pecat.
Semar Lantas apa nasibnya?
Bagong Ini urusannya, urusan pak lurah.
Semar Kalau ia tidak mengaku bersalah?
Bagong Pak lurah atur supaya ia menyerah. Nanti saya
atur agar padi pak lurah bertambah.
Semar Saya sudah menjadi lurah sejak awal
sejarah. Jangan omongamu membuat saya marah.
Bagong Maaf pak lurah. Maksud saya sama sekali tidak
mempengaruhi hanya si Entong anak bapak kemarin kepingin motor.
Semar Kalau dia kepingian, tentu dia ngomong sama
saya.
Bagong Dia kemarin pesan motor apa saja.
Semar Mau tutup mulut tidak? Mau aku depak?
Bagong Maksud saya….
DATANG PETRUK
DAN GARENG
Gareng Eh, pak lurah. Selamat pagi, selamat ketemu
lagi. Apa kabar pak cukong? Masih suka membagong.
Bagong Pokrol busuk, awas. Jangan sembarangan
ngomong.
Semar Perkara apa yang kita hadapi, hina menghina
atau curi mencuri?
Bagong Maaf pak lurah. Dia yang mulai.
Semar Gareng, apakau jadi pembela?
Gareng Betul. Pembela dan kuasa penuh.
Bagong Maksudnya, kalau kalah perkara saudara masuk
penjara?
Gareng Saya kira, yang akan kalah itu saudara.
Semar Baik, kita mulai. Orang mau bicara hanya
dengan seijin saya.
Bagong Setuju.
Gareng Kalau maunya pak lurah begitu.
Petruk Bb-bb
Semar Bagaimana kau petruk?
Bagong Penggugat, terdakwa, tertuduh, tersangka.
Semar Kalau mau bicara harus seijin saya.
Bagong Maaf, pak lurah. Bagaimana petruk?
PETRUK DIAM
SAJA.
Semar Jawab petruk.
Gareng Maaf pak lurah.
Semar Pembela?
Gareng Boleh saya bicara?
Semar Silahkan.
Gareng Sebelum saya minta maaf bagi klien dan pasien
saya. Klien, karena ia minta saya sebagai pembelanya dan kuasa usahanya.
Pasien, karena ia minta saya menjadi dokternya. Keterangan dan penjelasannya;
sewaktu ia datang kepada saya yaitu pada hari kamis legi yang lalu, tanggal 32
september 1999, getaran pada jam 10. 30 menit, 6 detik, 7 detik, 8 detik, 9
detik ricther. Udara 240 C, curah hujan 25 cm, naga di selatan, singa di utara,
bintang venus berada di….
Bagong Pak lurah saya protes.
Semar Kenapa?
Bagong Urusan apa itu si Venus? Sebentar
lagi si Wati, si Inah, si anu…
Semar Protes di terima, pembela….fakta yang
langsung berhubungan dengan fenomena dan sebaiknya yang berkaitan dengan
perkara.
Gareng Walau hak saya di kurangi…. tak apalah.
Saudara petruk ini datang pada saya, di kantor saya di kaki enam depan pasar,
sebelah kiri toko sepeda, seblah kanan warung tegal, bersebrangan dengan pompa
minyak goreng. Menceritakan kepada saya musibah yang menimpa dirinya yang di
sebabkan oleh telor bebek dan bapak bagong. Dengan suara dingin bergetar
kedinginan. Pak lurah ia datang berlari langsung sawah yang kehujanan lebat
dingin sekali. Mengamankan bebek-bebek dan telor-telor yang menjadi
tanggungannya, mendadak banjir dari kali, kilat menyambar dari langit. Dua
bebek di bawa banjir….
Bagong Astaga, telornya?
Gareng Sepuluh butir disambar petir, hancur
berantakan.
Bagong Telor-telorku….
Semar Benar ini semua terjadi?
Petruk Ia…wek…wek…wek
Semar Jawab yang benar.
Petruk Wek…wek…wek…wek.
Semar Jangan main-main.
Gareng Wek…wek. Maaf pak lurah. Selesai dia
menceritakan pengalamannya yang mengerikan itu, ia jatuh pingsan. Badannya
mengigil, keringatnya mengalir, mukanya pucat, ia mengeluh. Wek…wek…waktu
sadar, terlanjur suara yang bisa ia keluarkan hanya wek, selain wek tak ada
wok…wok. Seperti pak lurah dengar tadi. Ia sedih sekali, saya ikut sedih dan
berjanji padanya akan menyembuhkannya. Jadi kalau ia menjawab dengan wek…wek,
maafkanlah ia.
Semar Bagaimana Petruk?
Petruk Wekwek….
Bagong Pak lurah, ini saya kira satu permainan yang
licik, akal-akalan si pokrol bambu, pokrol tipu, pokrol….
Gareng Pak lurah, ini saya adukan cukong Bagong,
karena telah menghina saya di depan umum. Pak lurah mendengar sendiri dari
moncong Bagong….
Bagong Pak lurah, saya adukan pokrol itu menghina
saya menyebut mulut saya dengan moncong….
Semar Saya catat, saya sudah catat. Gareng
menghina Bagong, Bagong menghina Gareng. Skor, satu lawan satu. Draw, remis.
Sama kuat, selesai. Saya peringatkan, jangan ada yang nyeleweng lagi. Kita lagi
membicarakan perkara Petruk dengan bebek dan telornya Bagong.
Gareng Saya tidak punya urusan dengan
telornya bagong.
Bagong Telor saya jangan dibawa-bawa.
Gareng Memangnya kau taruh di rumah?
Semar Lama-lama hilang kesabaran saya. Tekanan
darah saya naik. Kita lagi membicarakan soal wek-wek.
Bagong Pak lurah, ini bukan perkara wekwek.
Gareng Tak ada kaitannya dengan wek-wek? Lantas
mengapa Petruk sekarang hanya bisa bilang wek-wek? Ya kenapa? Karena ia ingat
ada bebek yang dibawa air bah, karena ia cinta sama bebek asuhannya, karena ia
merasa sepenuhnya bertanggung jawab atas keselamatan bebek yang berbunyi
wek-wek itu.
Karena ia
saban hari saban malam mendengar hanya suara wek-wek, hingga suara wek-wek
menjadi obsesi, otaknya penuh suara Wek-wek, syarafnya diganggu oleh wek-wek,
pita suaranya tersetem pada nada wek-wek. Dia hanya akan bisa ber wek-wek
sampai akhir hayatnya. Bahkan kuburnya nanti akan berbunyi wek-wek. Daan doa
untuk arwahnya harus berbunyi wek-wek. Dan kita sekarang harus membicarakan ini
dengan bahasa wek-wek.
Bagong Saya protes, tidak bisa. Saya belum belajar
bahasa wek-wek. Kenapa harus berwek-wek, wok-wok. Wek-wek apa wok-wok.
Semar Itu terlalu ekstrem, kalau kita harus
menyelesaikan perkara ini dengan bahasa wek-wek, maka terpaksa perkara ini
harus ditunda untuk waktu yang tidak ditentukan. Sampai kita semua telah mahir
ber wek-wek.
Petruk Wek…wek..wek.
Semar Apa maunya?
Gareng Kasihanilah saya. Saya tidak
bersalah.
Bagong Bohong. Dia telah mencuri tiga belas
telur dan tiga ekor bebek.
Petruk Wek..wekwek….
Gareng Tidak salah
Bagong Salah
Petruk Wek-wek
Gareng Tidak
Bagong Salah
Semar Wekwek…
Gareng Ya wekwek…
Bagong Apa wek-wek?
Petruk Wek…wek…wek…
Semar Wek…wek.
Bagong Wek…wek.
Gareng Wek…wek.
Semar Diam, wekwek. Sudah jadi bebek
semuanya.
Petruk Wek…wek.
Gareng Kalau dulu ia tidak dipaksa harus
hidup berhari-hari dengan bebek. Dia jadi begitu
karena
Bagong.
Bagong Dia datang kepada saya minta pekerjaan. Yang
lowong hanya ngangon bebek. Dia terima pekerjaan itu, saya tidak paksa.
Semar Apa keadaan yang harus
dipersalahkan?Bagong, berapa ekor yang dia harus jaga? Dan berapa telor harus
dia setor?
Bagong Bebek tiga puluh ekor.
Gareng Kelaminnya
Bagong Kelamin? Jangan hina saya ya, jelas
saya laki-laki.
Gareng Saya tidak tanya kelaminmu. Kelamin
bebek?
Bagong Tiga puluh ekor betina semua.
Semar Berapa telor yang harus dia setor?
Bagong Lima puluh butir seminggu, bebek menelor tiga
hari sekali, seminggu dia menelor dua kali. Tiga puluh bebek bertelor selama
seminggu enam puluh, saya minta setorin lima puluh, yang sepuluh buat upah si
Petruk. Kan cukup. Sepuluh kali seribu kan sepuluh ribu seminggu?.
Semar Sepuluh ribu seminggu, bisa hidupkah dengan
uang itu? Beras, bisakah dia penuhi setoran itu?
Bagong Tidak pernah. Mula-mula Cuma empat puluh,
makin lama makin berkurang.
Petruk Wekwek…
Semar Apa maksudnya?
Gareng Tiga puluh ekor bebek, betina semua. Tidak
ada jantannya. Bagaimana bisa bertelor pak lurah? Ini jelas contoh pemaksaan
kemauan dan penghisapan di luar batas kemanusiaan dan kebinatangan,
Bagong Nyatanya, mula-mula bebek itu bertelor.
Gareng Itu karena kau beli dan serahkan. Lebih-lebih
dia baru bergaul dengan bebek jantan. Kemudian….
Bagong Nyatanya dia masih bertelor.
Gareng itu jasanya si Petruk.
Semar Hei, kau boleh menipu kami, tapi tipuan ini
tidak berlaku. Masa Petruk berhubungan dengan bebek?
Bagong Biarkan saja, asal bebek yang bertelor.
Gareng Kenapa kau tidak gauli saja sendiri
bebek-bebek itu? Pak lurah, maksud saya tidak seperti yang pak lurah bayangkan.
Karena Petruk diam-diam pinjam bebek jantan dari tukang angon lainnya. Dan
mebiarkan si jantan itu menggauli bebek betina maka masih ada telor yang bisa
dipungut. Biar nafsu kebinatangan pejantan itu luar biasa, tetapi ia tidak
menggauli seluruh bebek betina itu.
Semar Kalau begitu si Petruk berjasa besar.
Berjasa terhadap bebek betina itu dan berjasa terhadapmu Bagong.
Petruk Wekwekwek…
Semar Apa katanya?
Gareng Dasar orang tidak tahu terima kasih. Tidak
tahu menghargai jasa orang.
Semar bagaimana bagong?
Bagong Ya… bebek yang dua dimana?
Gareng Ya dibawa banjir.
Bagong Bukan itu, sebelumnya? Pasti dijual.
Gareng Menurut Petruk, yang satu disambar alap-alap.
Yang lain dimakan anjing.
Bagong Bohong. Percuma punya bebek. Hilang melulu,
beri telor tidak. Percuma punya tukang angon.
Petruk Wekwek…
Bagong Apa lagi?
Gareng Tiap kali pinjam penjantan, dia harus bayar
dua telor.
Bagong Pemeras
Gareng Siapa?
Bagong Itu yang pinjamkan pejantan.
Gareng kau bisa bilang irang itu pemeras!? Lantas
kau maunya pinjam gratis gitu?
Semar Nah, perkaranya sudah jelas, Bagong
nampaknya kau yang kalah. Betul Petruk kurang dapat menepati janjinya tetapi
itu karena keadaan yang kau ciptakan sendiri. Kau tidak bisa memecat ia, dan
kalau kau mau bebekmu bertelor, belilah barang tiga pejantan. Dan kau mesti
bayar dukun yang mengobati si Petruk.
Bagong Saya tidak mau mengatakan pak lurah berat
sebelah. Tapi…ongkos dukunnya berapa?
Gareng Lima puluh
ribu rupiah
BAGONG BAYAR SELEMBAR LIMA PULUH
RIBUAN
Bagong Rugi-rugi…(pergi)
Semar Gareng, cari dukun yang baik, biar Petruk
lekas sembuh.
Gareng Tentu saya akan usahakan.
Petruk Wekwek…
Semar Ya, wekwek…
ADEGAN VIII
GARENG DAN
PETRUK
Gareng (tertawa)hahahaha…..
Petruk (tertawa) wekwekwekwek….
Gareng Bagi uangnya. Nah kau selembar, aku selembar
Petruk Wekwek…
Gareng Nah, sekarang mana dua bebek yang dibawa
banjir?
Petruk Wekwekwekwek….
Gareng Ayo, jangan main-main lagi. Sandiwaranya
sudah selesai
Petruk (menunjukan tenggorokannya) wekwek….
Gareng Janjimu bagaimana? Mana imbalanku?
Petruk (menunjuk uang di tangan Gareng) wekwek…
(pergi)
Gareng Wah si Petruk bodoh tapi lihay, lihay tapi
bodoh. Aku pokrol bambu kena tipu.
ADEGAN IX
SEMAR DAN
PETRUK
Semar (tertawa) Saya jadi lurah sejak awal
sejarah…
Petruk Hehehehe….pak lurah, amaf sudah berbohong.
Semar Bebek yang dibawa banjir dan telor yang
sambar petir.
Petruk (tertawa) benar pak lurah. Saya
lupa…wekwek….
Semar (mengggelengkan kepala) saya jadi lurah….
TAMAT