.do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none; }

Senin, 31 Desember 2012

26 UNTUK CINTAKU



Malam ini begitu dingin. Sedingin hatiku yang sekian lama membeku. Langit pun seakan tahu akan penantian panjangku. Ternyata kesedihan jualah akhirnya yang aku rasakan. Malam 26 April. Besok adalah hari bersejarah bagiku. Momen yang seumur hidupku takkan pernah aku lupakan. Pasang telinga dan buka mata, karena aku besok akan dihadapkan dalam upacara sakral sebuah pernikahan. Pernikahan orang yang pernah menempati tempat terindah dihatiku. Meski sayang wanita yang disampingnya itu bukanlah aku. Tak perlu aku menangis karna air mata ini telah terkuras habis. Tak usahlah aku sesali semua itu, toh waktu tak akan bisa terulang. Sungguh, masalalu itu amatlah jauh dan tak akan kembali. Ternyata, takdir tidaklah berpihak kepadaku.

===#===

            Alunan irama jawa bertalu-talu sendu. Bahagia menyambut sepasang sejoli yang siap mendayung bahtera rumah tangga. Nuansa klasik dalam sebuah pelaminan. Berat rasanya kaki untuk melangkah. Kulewati sendiri dibawah lengkungan janur kuning yang seakan menyambut kedatanganku. Betapa rasa hati ini semakin teriris. Teman, siapa yang akan sanggup menyaksikan ini semua. Wajah manis Indra masih terlukis jelas dimataku. Aku memang mantan. Tapi bagiku, aku adalah seorang teman untuk indra. Teman yang akan selalu menbuat dia bahagia. Indra meski aku masih menyimpan sisa-sisa kisah kita, tapi dalam hitungan detik semua itu akan hilang. Tiada lagi harapan untukku bisa mengulang semua. Anganku melayang Indra dan Dini amatlah serasi.

===#===

            Selangkah demi selangkah acarapun dimulai. Pakaian kepraban yang mereka kenakan perlambang sucinya acara ini. Dalam sisa-sisa hati aku mencoba bartahan. Hingga saat-saat sumpah setia itu diikrarkan, hancur sudah hati dan perasaanku. Menangis. Ya, hanya itulah yang sanggup aku lakukan. Tiada daya dan tiada kata. Ikhlas dan pasrah, itulah yang aku rasakan yang ternyata memang begitu berat. Ini semua memanglah salahku. Salahku sendiri yang memutuskan hubungan bersama. Indra yang setelah satu tahun aku lalui. Dalam pikiranku saat itu, kita bisa bersama-sama konsentrasi kuliah hingga wisuda. Tapi semenjak itu aku bahkan telah kehilangan dia. Saat ingin aku kembali kepelukannya, saat itu cincin pertunangan telah melingkar dijari manisnya. Wanita sepadan hasil perjodohan orang tua Indra. Tiada yang tahu perasaanku saat itu. Saat aku menanti hingga saat aku harus kehilangan dia disini. Bahkan hatiku sendiri sangat sulit untukku mengerti.

===#===

            Kenyataan ini telah aku lalui. Dalam sadar aku saksikan pernikahan sedetik saja. Semua itu hanyalah mimpi-mimpiku bersama Indra yang aku rasa dia sudah tidak memilikinya. Entah apa yang saat ini Indra rasakan. Mungkin aku sudah tidak bisa ikut merasakannya karena batin ini sudah terpisah jauh. Amat jauh hingga harus aku lepaskan.

===#===

Acara terakhir pun dimulai. Acara yang tak akan sanggup aku lalui. Satu persatu tamu memberi selamat pada mempelai sebagai tanda perpisahan. Detik-detik waktu berjalan hingga tiba saat giliranku. Kuberanikan diri dalam kenyataan  yang aku yakin tak banyak orang yang mampu. Senyumku mengembang saat tersentak wajah Indra memandang. Dalam jabat tangan, saat hancur hatiku, saat itu aku lepaskan Indra jauh dari anganku. Dia telah menjadi milik orang lain.
            “Selamat ya Ndra..”
            “Makasih ya Ka, kamu mau hadir”.
            “Ah kamu, ya tentu dong aku datang. Masak sih hari bahagia gini aku nggak hadir. Aku ingin merasakan kebahagiaan kalian”. Jawabku berseri.
            “makasih ya mbak Rika”,
Senyum Dini mengembang. Aku cium pipi kiri dan kanannya sambil aku ucapkan selamat untuknya. Wajahnya ceria. Sedang Indra, dia masih terlihat heran. Entah apa yang ada dalam pikirannya, aku tak tahu.

===#===

            Hampir 3 jam aku disini. Sebagai saksi pernikahan Inrdra dan Dini. Tak ada yang mengerti wanita mana yang sanggup berdiri disini. Sendiri dalam harapan-harapan yang masih tersimpan. Aku langkahkan kaki menjauh. Menjauh dari Indra dan Dini. Untuk  saat ini dan untuk detik ini. Sekarang, jalan ini telah bercabang dan aku telah memilih salah satu sisinya.
            Dalam deraian air mata aku tapakkan kakiku sendiri. Tanpa Indra dan tanpa kekasih yang entah sampai kapan untukku bisa jatuh cinta lagi. Dalam desahan panjang, aku hembuskan nafas perpisahan. Untuk semua kekasih,cinta yang hanya tinggal kenangan. Semua telah berlalu. Dalam lukanya hati aku mencoba bertahan. Indahnya hari yang telah aku lalui tak mungkin bisa terulang lagi. Hanya asa dan harapan yang selalu tersimpan.
            “Indra semoga engkau bahagia”
Satu do’a yang tulus aku ucapkan. Tiada yang lain karena itu jualah yang membuat aku bahagia. Selamat tinggal cinta. Cintaku ditanggal 26 yang telah terhanyut bersama semua mimpi yang aku miliki. Hari esok masih panjang. Dalam bunga kehidupan ini, saatnya aku mengerti. Masih banyak hal yang harus aku lakukan. Dengan semangat yang baru yang terlahir dari cintaku yang hilang. Tanggal 26, sejarah hidupku yang tak akan aku lupa. Dihari itu cintaku telah aku relakan. Tanggal 26, awal kumulai hidup baru. Dengan semangat yang baru. Asa dalam menyosngsong masa depan. Aku ingin belajar menapakinya sendiri. Menjalani semua alur kehidupanku meski aku rasakan ada satu bagian yang telah hilang. Entah sampai kapan semua itu akan aku temukan. Yang jelas waktu jualah yang akan menjawab semuanya. Aku yakin..


===END===

Yogja, 29 Mei 2007
Mila


SUMBER.
millarossa.Blogspot.co.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar