Malam ini begitu dingin. Sedingin hatiku
yang sekian lama membeku. Langit pun seakan tahu akan penantian panjangku.
Ternyata kesedihan jualah akhirnya yang aku rasakan. Malam 26 April. Besok
adalah hari bersejarah bagiku. Momen yang seumur hidupku takkan pernah aku
lupakan. Pasang telinga dan buka mata, karena aku besok akan dihadapkan dalam
upacara sakral sebuah pernikahan. Pernikahan orang yang pernah menempati tempat
terindah dihatiku. Meski sayang wanita yang disampingnya itu bukanlah aku. Tak
perlu aku menangis karna air mata ini telah terkuras habis. Tak usahlah aku
sesali semua itu, toh waktu tak akan bisa terulang. Sungguh, masalalu itu
amatlah jauh dan tak akan kembali. Ternyata, takdir tidaklah berpihak kepadaku.
===#===
Alunan irama jawa bertalu-talu
sendu. Bahagia menyambut sepasang sejoli yang siap mendayung bahtera rumah
tangga. Nuansa klasik dalam sebuah pelaminan. Berat rasanya kaki untuk
melangkah. Kulewati sendiri dibawah lengkungan janur kuning yang seakan
menyambut kedatanganku. Betapa rasa hati ini semakin teriris. Teman, siapa yang
akan sanggup menyaksikan ini semua. Wajah manis Indra masih terlukis jelas
dimataku. Aku memang mantan. Tapi bagiku, aku adalah seorang teman untuk indra.
Teman yang akan selalu menbuat dia bahagia. Indra meski aku masih menyimpan
sisa-sisa kisah kita, tapi dalam hitungan detik semua itu akan hilang. Tiada
lagi harapan untukku bisa mengulang semua. Anganku melayang Indra dan Dini
amatlah serasi.
===#===
Selangkah demi selangkah acarapun
dimulai. Pakaian kepraban yang mereka kenakan perlambang sucinya acara ini.
Dalam sisa-sisa hati aku mencoba bartahan. Hingga saat-saat sumpah setia itu
diikrarkan, hancur sudah hati dan perasaanku. Menangis. Ya, hanya itulah yang
sanggup aku lakukan. Tiada daya dan tiada kata. Ikhlas dan pasrah, itulah yang
aku rasakan yang ternyata memang begitu berat. Ini semua memanglah salahku.
Salahku sendiri yang memutuskan hubungan bersama. Indra yang setelah satu tahun
aku lalui. Dalam pikiranku saat itu, kita bisa bersama-sama konsentrasi kuliah
hingga wisuda. Tapi semenjak itu aku bahkan telah kehilangan dia. Saat ingin
aku kembali kepelukannya, saat itu cincin pertunangan telah melingkar dijari
manisnya. Wanita sepadan hasil perjodohan orang tua Indra. Tiada yang tahu
perasaanku saat itu. Saat aku menanti hingga saat aku harus kehilangan dia disini.
Bahkan hatiku sendiri sangat sulit untukku mengerti.
===#===
Kenyataan ini telah aku lalui. Dalam
sadar aku saksikan pernikahan sedetik saja. Semua itu hanyalah mimpi-mimpiku
bersama Indra yang aku rasa dia sudah tidak memilikinya. Entah apa yang saat
ini Indra rasakan. Mungkin aku sudah tidak bisa ikut merasakannya karena batin
ini sudah terpisah jauh. Amat jauh hingga harus aku lepaskan.
===#===
Acara
terakhir pun dimulai. Acara yang tak akan sanggup aku lalui. Satu persatu tamu
memberi selamat pada mempelai sebagai tanda perpisahan. Detik-detik waktu
berjalan hingga tiba saat giliranku. Kuberanikan diri dalam kenyataan yang aku yakin tak banyak orang yang mampu.
Senyumku mengembang saat tersentak wajah Indra memandang. Dalam jabat tangan, saat
hancur hatiku, saat itu aku lepaskan Indra jauh dari anganku. Dia telah menjadi
milik orang lain.
“Selamat ya Ndra..”
“Makasih ya Ka, kamu mau hadir”.
“Ah kamu, ya tentu dong aku datang.
Masak sih hari bahagia gini aku nggak hadir. Aku ingin merasakan kebahagiaan
kalian”. Jawabku berseri.
“makasih ya mbak Rika”,
Senyum
Dini mengembang. Aku cium pipi kiri dan kanannya sambil aku ucapkan selamat
untuknya. Wajahnya ceria. Sedang Indra, dia masih terlihat heran. Entah apa
yang ada dalam pikirannya, aku tak tahu.
===#===
Hampir 3 jam aku disini. Sebagai
saksi pernikahan Inrdra dan Dini. Tak ada yang mengerti wanita mana yang
sanggup berdiri disini. Sendiri dalam harapan-harapan yang masih tersimpan. Aku
langkahkan kaki menjauh. Menjauh dari Indra dan Dini. Untuk saat ini dan untuk detik ini. Sekarang, jalan
ini telah bercabang dan aku telah memilih salah satu sisinya.
Dalam deraian air mata aku tapakkan
kakiku sendiri. Tanpa Indra dan tanpa kekasih yang entah sampai kapan untukku
bisa jatuh cinta lagi. Dalam desahan panjang, aku hembuskan nafas perpisahan.
Untuk semua kekasih,cinta yang hanya tinggal kenangan. Semua telah berlalu.
Dalam lukanya hati aku mencoba bertahan. Indahnya hari yang telah aku lalui tak
mungkin bisa terulang lagi. Hanya asa dan harapan yang selalu tersimpan.
“Indra semoga engkau bahagia”
Satu
do’a yang tulus aku ucapkan. Tiada yang lain karena itu jualah yang membuat aku
bahagia. Selamat tinggal cinta. Cintaku ditanggal 26 yang telah terhanyut
bersama semua mimpi yang aku miliki. Hari esok masih panjang. Dalam bunga
kehidupan ini, saatnya aku mengerti. Masih banyak hal yang harus aku lakukan.
Dengan semangat yang baru yang terlahir dari cintaku yang hilang. Tanggal 26,
sejarah hidupku yang tak akan aku lupa. Dihari itu cintaku telah aku relakan.
Tanggal 26, awal kumulai hidup baru. Dengan semangat yang baru. Asa dalam
menyosngsong masa depan. Aku ingin belajar menapakinya sendiri. Menjalani semua
alur kehidupanku meski aku rasakan ada satu bagian yang telah hilang. Entah
sampai kapan semua itu akan aku temukan. Yang jelas waktu jualah yang akan
menjawab semuanya. Aku yakin..
===END===
Yogja, 29 Mei 2007
Mila
SUMBER.
millarossa.Blogspot.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar