.do-not-copy { -webkit-user-select:none; -khtml-user-select:none; -moz-user-select:none; -ms-user-select:none; user-select:none; }

Kamis, 21 Mei 2015

The Broken Journey (Part 2)





Lanjutan cerita dari Muhammad Hanif Al-Basyar (@Mhmmdnhniff dari blog: siluetsorehari.blogspot.com 
---

Maafkan Aku, Dik...


Dinginnya pagi terasa menusuk-nusuk badanku. Memaksaku untuk bangun. Ini hari kedua kami tersesat di Gunung Gede. Aku terkulai lemas. Kaki kiriku mati rasa, tidak bisa digerakkan. Aku menahan tangisku agar tidak terdengar. Ini sungguh sakit.

Aku kasihan melihat Sekar. Adikku itu masih tertidur pulas di sebelahku. Untunglah dia membawa jaket tebal yang cukup menghangatkan badannya. Namun aku mencemaskan nasib adikku. Ini salahku. Aku ingin memberikan kesenangan pada adikku, karena ini pertama kalinya dia naik gunung. Tetapi, dia malah harus merawatku.

Seolah nasib burukku belum usai setelah peristiwa yang terjadi sebelumnya. Aku masih belum sembuh dari patah hati karena Riyan, mantan pacarku. Ia memintaku untuk menikah dengannya. Sedangkan usia kami masih terlalu muda. Aku belum siap untuk menikah. Aku berusaha memberikan pengertian kepadanya agar mau menunggu sampai kami selesai kuliah dan mendapatkan pekerjaan. Saat usia kami sudah matang dan siap menjalani rumah tangga. Aku pikir, waktu itu dia bisa mengerti. Nyatanya, dia memilih untuk mengakhiri hubungan kami. Setahun kemudian, Riyan menikah dengan perempuan lain. Sakit rasanya hatiku bila mengingat itu.

Suara ribut di luar tenda merusak lamunan sedihku. Sekar pun ikut terbangun.
"Bekal makanan kita habis!" Kulihat Hanif berdiri lesu di depan tenda.
"Bagaimana ini? Aku mau pulang!" seru Mega. Ia menerobos keluar dari tenda kami.
"Tenanglah. Kita pasti bisa pulang," ujar Hanif, mencoba menghibur Mega.

Namun, aku tetap khawatir. Jika kami di sini terus, kami yang sudah kehabisan makanan malah tidak bisa turun karena tenaga yang berkurang.

Sekar memeriksa badanku yang mulai mengigil karena demam. Aku sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi pada diriku nanti. Aku hanya bisa berdoa semoga kami bisa pulang. Dan bisa bertemu dengan keluarga kami yang telah menunggu di rumah.

"Kak Mila, kakimu tambah bengkak!" seru Sekar.
"Nggak apa-apa, Dek. Kakak akan sembuh dan kita akan pulang ke rumah." Aku berusaha menguatkannya agar tidak khawatir.
"Aku kasih balsem lagi ya, Kak. Biar kaki Kakak lebih hangat."
"Dek.. bilang ke Kak Hanif, kita lanjutkan perjalanan saja. Kakak kuat kok."
Setidaknya, aku akan berusaha untuk terus berjalan, agar kami tidak tersesat terlalu lama. Aku tidak mau mereka semakin khawatir kepadaku.

Sebelum tengah hari, kami memutuskan melanjutkan perjalanan. Hanif dan Rama melipat tenda. Aku berusaha dengan gigih untuk berjalan, dibantu Sekar dan Mega. Bekal makanan kami ada yang bisa diselamatkan, tetapi cuma sedikit.

Aku masih sempat memperhatikan perasaan canggung Mega yang berusaha menghindari Rama selama perjalanan. Aku pernah mengalaminya. Perasaan aneh setelah putus cinta. Rama dan Mega pernah berpacaran, lalu putus. Dan sekarang, mereka berada dalam satu tempat. Ini pasti sulit.

Hanif memimpin kami. Ia berjalan di depan, memilih jalan yang tidak begitu curam, agar aku bisa melewati medannya. Rama yang tidak sabaran melihat kondisiku seperti itu, berusaha membujuk Hanif untuk berhenti.
"Kak Hanif, kalian tunggulah di sini. Aku akan mencari bantuan. Kasihan Mila..."
"Rama, please sabar. Kita memang tersesat. Tapi percaya sama aku. Kita semua akan menemukan jalur turun."
Tanpa menghiraukan Rama, Hanif berlalu. Rama menoleh pada Mega, ingin memastikan apakah dia juga mendengar percakapannya dengan Hanif. Tetapi, kelihatannya tidak.

Hari mulai gelap. Kami sudah berjalan berjam-jam dan masih berputar-putar di tempat yang sama. Kami lapar dan kedinginan. Dedaunan sudah mulai basah akibat kabut gunung yang turun, menghalangi pandangan kami. Aku menggigil. Langkahku mulai tertatih, napasku pun terengah-engah. Pandangan mataku kabur. Kakiku lemas. Aku menarik tangan adikku.

"Tunggu...," bisikku.

 Lalu semuanya gelap.

 ---

Ditulis untuk Lomba Cerita Berantai Love Cycle Gagasmedia dari #TimPatahHati

Simak kelanjutan ceritanya di sweetwinterclo.blogspot.com oleh Mega Fradina (@fradinaclo)

4 komentar:

  1. Aku cuma baca aja kok jadi ikut kedinginan gini sih? -_-
    Keren, Kak Mila!
    #TimPatahHati #LoveCycle

    BalasHapus
  2. Endingnya gantung'-' duh jadi penasaran kelanjutannya di blognya kak mega :" keren kak! #TimPatahHati #LoveCycle

    BalasHapus
  3. Uh... Nggak sabar nunggu lanjutannya. Mantep, Mila! :D

    BalasHapus
  4. Thanks semuanya, , ♥ ♥ ♥





    BalasHapus